HarianBorneo.com, SAMARINDA – Wakil Ketua DPRD Kaltim, Muhammad Samsun menjadi salah satu dari beberapa narasumber dalam HUT Detakkaltim.com ke-7 dalam diskusi dengan tema besar “Tantangan dan Peluang Pertanian Menyambut Ibu Kota Nusantara (IKN)” pada Sabtu (25/2) di Ruang WIEK Diskominfo Kaltim.
Memulai diskusi panel, Samsun mengatakan bahwa berkelanjutan menjadi kunci jika ingin berhasil dalam penyediaan kebutuhan pangan. Ia mencontohkan, misalnya seperti penyediaan buah pisang Sunpride untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Jika dalam satu harinya permintaan pasar sebanyak 150 kg, tentu untuk keberlanjutan maka diperlukan perencanaan penanaman hingga panen dan sampai siap untuk dipasarkan harus ada pola pengelolaan pertanian berkelanjutan.
“Agar ketika permintaan pasar masuk kita bisa terus memenuhi dan menyuplai kebutuhan pangan yang diminta,” kata Samsun.
Dalam diskusi yang juga menghadirkan stakeholder terkait, sejumlah hal yang menjadi sorotan yakni merosotnya produksi beras Kaltim akibat peralihan fungsi lahan yang menyebabkan luas panen turut berkurang. Menurut data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kaltim, dalam lima tahun terakhir produksi beras tertinggi terjadi pada 2020 yaitu 152.649 ton. Setelah itu merosot 5 persen pada 2021 menjadi 142.321 ton dan pada 2022 hanya 135.030 ton.
“Ini menjadi tantangan luar biasa, namun sekaligus peluang yang juga luar biasa bagi Kaltim menghadapi tantangan IKN. Sehingga harus dimaksimalkan dari segi anggaran, regulasi dan Sumber Daya Manusia (SDM),” tekannya.
Ditambahkan Samsun bahwa Ini baru soal lahan yang beralih fungsi. Ada lagi lahan yang masih berproduksi namun terkendala dalam hal ketersediaan pupuk, harga yang mahal, subsidi yang dicabut, sehingga memberikan efek berupa kualitas hasil panen yang menurun drastis dan ini menjadi keluhan utama petani yang aktif di Kaltim.
Petani sangat mengeluhkan tentang ketersediaan pupuk karena waktu pemupukan, tidak ditemukan pupuk di pasaran. Walaupun ada, harganya melambung tinggi.
“Lahan terpapas, pupuk tak tersedia, hasil panen pun tak seberapa secara kualitas dan kuantitas. Malangnya harga jual produk atau hasil panennya juga tak menyejahterakan petaninya,” ungkap Samsun.
Sehingga, kata Samsun, saatnya menguatkan usaha dan mengubah mindset soal pertanian. Bergeser dari label kumuh, lusuh, dan miskin menjadi petani keren dan bangga menjadi petani. Narasi inilah yang harus disampaikan kepada para milenal agar terjadi peningkatan regenerasi yang sehat, mengingat selama ini para petani didominasi oleh kalangan tua.
Adanya IKN memberi angin segar bagi kalangan petani di Benua Etam. Pemindahan tahap pertama dari Jakarta ke IKN pada 2024 diperkirakan akan melibatkan 250 ribu penduduk. Terdiri dari pekerja konstruksi serta aparatur sipil negara (ASN) dan TNI serta Polri yang menjadikan hal ini peluang besar.
Dengan jumlah pemindahan di tahap pertama ini, bisa menjadi pasar para petani untuk menjual produk pertaniannya. Akan Ada banyak perut yang harus diisi. Untuk itu potensi besar ini harus dimanfaatkan dengan baik oleh para petani dan Generasi muda diharapkan siap memegang tongkat estafet dari para petani yang telah sepuh. (NF/Adv/DPRDKaltim)