HarianBorneo.com, SAMARINDA – Demi mengentaskan permasalahan stunting di Benua Etam, Pemprov Kaltim mengalokasikan dana sebesar Rp 3,7 Miliar. Kucuran dana segar ini mendapat apresiasi dari Anggota Komisi IV DPRD Kaltim, Ananda Emira Moeis.
Langkah ini dinilai penting lantaran angka prevalensi stunting di Benua Etam mengalami peningkatan sebesar 1,1 persen. Pada tahun 2021, angka prevalensi stunting berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) sebesar 22,8 persen. Tetapi pada tahun 2022 angkanya menembus 23,9 persen. Namun demikian, angka prevalensi stunting Kaltim masih lebih baik bila dibandingkan 5 provinsi di Pulau Kalimantan.
“Saya berikan apresiasi kepada Pemprov Kaltim yang mengambil berbagai langkah percepatan pencegahan kasus stunting di Kaltim. Saya harap tidak hanya Pemprov yang berkomitmen di sini, tetapi semua kabupaten/kota di Benua Etam harus ambil bagian,” ucap Nanda, Rabu (29/3).
Politisi PDI-P ini menerangkan bahwa kasus stunting tidak hanya dapat dituntaskan oleh pemerintah saja, tetapi juga peran serta seluruh elemen masyarakat. Contohnya penanganan dilakukan oleh orang tua anak atau keluarga terdekat yang berisiko terkena stunting, di mana mereka wajib saling membantu dan peduli dalam memberikan asupan makanan bergizi bagi anak berisiko stunting.
“Ini penting karena masalah stunting ini berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Kaltim, terutama dalam menyambut IKN dan mewujudkan generasi emas di masa yang akan datang,” bebernya.
Dalam kesempatan ini juga, Nanda mengusulkan kepada pemerintah untuk membuat suatu program agar masyarakat dapat memanfaatkan pekarangan rumahnya dengan menanam berbagai macam sayur-sayuran dan buah-buahan sebagai perbaikan gizi.
“Selain memenuhi asupan gizi mereka, tentu upaya ini dapat meningkatkan pendapatan mereka apabila hasil panen di pekarangan mereka dapat dijajakan,” pungkasnya. (NF/Adv/DPRDKaltim)