HarianBorneo.com, SAMARINDA – Kabid Sumber Daya Air (SDA) Dinas PUPR-Pera Kaltim, Runandar menyebut, penyaring sampah (grease trap) yang telah dipasang pihaknya di Sungai Karang Asam Besar (SKAB) dalam sepekan saja dapat menjaring berton-ton sampah. Namun pekerja yang mengangkut terbatas.
Hal itu pun telah disampaikan Runandar kepada Wali Kota Samarinda Andi Harun, saat rapat koordinasi pada Rabu, 19 Oktober 2022 lalu di Balai Kota.
Pertemuan yang sekaligus membahas progres penanganan banjir di Samarinda pada 2022 ini maupun rencana kegiatan pada 2023 mendatang.
“Artinya, kesadaran masyarakat juga penting. Di sungai Karang Asam Besar, kami buatkan grease trap tapi seminggu sudah penuh (sampah). Yang angkat tidak ada. Mau bikin lagi, kami pikir dua kali. Kalau sampah penuh, sama dengan menutup sungai,” ucap Runandar.
Menanggapi hal tersebut, Wali Kota Andi Harun menyatakan akan menindaklanjuti masalah itu dengan meminta agar aset Pemprov Kaltim ini diserahkan ke pemerintah kota. Andi Harun katakan, Pemkot Samarinda akan menetapkan unit pengelola sebagai langkah tindak lanjut.
“Nanti Dinas PUPR Samarinda yang akan mengangkat sampah dari sungai, dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) untuk mengangkut sampahnya,” ujar Andi Harun kepada awak media, Jumat (21/10/2022).
“Ini saringan sampah (grease trap) sistemnya buka tutup. Kalau sepekan tidak dibuka, sampah akan menutup aliran sungai,” lanjutnya.
Meskipun begitu, program penanganan banjir di kawasan Sungai Kunjang ini dikatakan Andi Harun telah berjalan maksimal berkat dukungan pemprov. Sejak dikerjakan 2020 silam, normalisasi SKAB kini telah mencakup sekitar 9.500 meter.
“Penanganan banjir di Jalan M Said sudah terasa. Kita menyelesaikan (normalisasi) 1.800 meter dari segmen Kahoi ke jembatan Revolusi. Sebelumnya sudah ditangani ke jembatan Arthania 2.150 meter. Kemudian pada 2022 ini 4.500 meter di segmen jembatan Banjar ke ke karang mulya,” papar Andi Harun.
Terpisah, Kepala DLH Samarinda, Nurrahmani mengaku belum mendengar rencana tersebut. Selama ini, kata dia, sampah yang terkumpul di grease trap SKAB hanya diambil oleh petugas DLH saat penuh berdasarkan laporan dari masyarakat.
“Kondisional saja. Setiap ada informasi dari masyarakat kita ambil, karena kita tidak ada wilayah pengangkutan ke sana. Tapi kami siap saja kalau ada yang mengangkat dari sungai,” jelasnya.(Rf/Adv)