HarianBorneo.com, SAMARINDA – Wakil Ketua DPRD Kaltim, Muhammad Samsun, menyebut bahwa hilirisasi subsektor perkebunan di daerah ini mengalami peningkatan ketimbang belasan tahun lalu. Hal ini dibuktikan dengan jumlah pabrik pengolahan kelapa sawit yang sudah banyak saat ini.
“Kalau dulu, pabrik pengolahan kelapa sawit atau pabrik CPO di Kaltim hanya ada dua unit, yakni di Kabupaten Paser dan Penajam Paser Utara. Tapi sekarang jumlahnya sudah mencapai 99 unit dan tersebar di semua kabupaten,” ungkap Samsun, Minggu (26/2).
Bertambah banyaknya pabrik CPO tentu membuat para pekebun di Kaltim lebih mudah dalam menjual tandan buah segar (TBS) dari panen kelapa sawit, meskipun pabrik pengolahan kelapa sawit tersebut lebih banyak peran swasta.
Seiring sebaran banyaknya pabrik CPO tersebut, Samsun menilai bahwa hal itu cukup berdampak pada harga TBS yang ikut naik karena adanya persaingan sehat. Saat ini, harga TBS di Kaltim rata-rata di atas Rp2.000 per kilogram (kg).
Dampak hilirisasi di sektor perkebunan ini juga dinilai mampu mendongkrak Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) Kaltim seperti pada Januari 2023 yang sebesar 171,94, menggambarkan bahwa pekebun di Kaltim semakin sejahtera.
Angka keseimbangan nilai tukar petani/pekebun adalah 100, jika di bawah 100 berarti petani merugi. Namun jika di atas 100 berarti untung. Apalagi jika jauh di atas 100 seperti mencapai 171,94, hal itu berarti sudah sejahtera.
“Untuk hilirisasi perkebunan harus diakui memang sudah maju, meskipun harus ditingkatkan lagi, bukan hanya dari sawit menjadi minyak goreng, karena masih banyak produk lain yang bisa diolah dari turunan sawit maupun perkebunan lain. Ini yang harus terus digenjot,” tutupnya. (NF/Adv/DPRDKaltim)