Harianborneo.com, Jakarta – Grup band Zealous berharap bisa mengulangi masa kejayaan glam rock pada era 1980-1990-an. Band yang beranggotakan Opop (Gitar/Vokal), Josz (Gitar/Vocal), Gogon(Bass/Vocal), dan Devo (Drum) ini baru saja mengeluarkan mini album bertajuk Sexy.
Band asal Bali ini memang terinspirasi Led Zeppelin, Guns and Roses hingga Motley Crue.
Gitaris dan juga vokalis Zealous, Opop mengungkapkan alasan kenapa Zealous begitu yakin dengan genre glam rock. Mengingat, glam rock saat ini peminatnya sudah tidak seramai dulu lagi. Tentunya, dengan penuh tekad dan keyakinan penuh, Zealous yakin glam rock yang mereka usung akan kembali ramai seperti dulu.
“Dari saya pribadi, dari kecil sudah dicekoki musik itu glam rock. Belajar gitar musiknya GNR (Guns n Roses). Jadi tumbuh besar dengan musik itu, dan saya main dari hati, dan dengan adanya kami ingin membuat musik glam rock kembali tren di Indonesia,” kata Opop di Teras 124, Pondok Gede, Bekasi, baru-baru ini.
Zealous juga akan menggelar mini tur ke sejumlah kota di Indonesia untuk mempromosikan mini albumnya. Dimulai dari Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Bandung, hingga Jember.
“Sexy mulai di Yogyakarta, ada lima stage di sana. Terus ke Surabaya empat hari lalu, terus ke Jakarta. Nanti ada di Bali, itu akan spesial terakhir di sana 25 November rencananya,” kata Gogon.
Ada lima lagu yang terdapat di mini album “Sexy”, yakni Dangerous, Corona Sucks, In Love, Zealous, dan Sexy. Gogon mengungkapkan, proses penggarapan album “Sexy” digarap di Bali dan memakan waktu satu bulan saja. Yang menarik lagi, mereka menggarap album itu dengan sistem analog.
“Kita rekaman di bali, rekaman sendiri dengan gaya lama. Dengan sistem todong, jadi nggak kayak anak-anak sekarang yang digital. Jadi rekaman analog gitu, proses rekaman sebulan lima lagu,” katanya.
Mereka punya pesan yang ingin disampaikan melalui album tersebut. “Motivasi buat semua anak muda, tentang kehidupan yang glamour atau kehidupan malam. Tentang corona juga karena kita bangkit di zaman corona,” ujar Opop. Dalam salah satu lagunya, Zealous menceritakan mengenai perjuangan mereka. Awal berdiri mereka dihantam pandemi. Panggung musik mati suri buat mereka kesulitan bahkan hanya untuk mendapatkan makanan.
Dimana, dalam salah satu lagunya, Zealous menceritakan mengenai perjuangan mereka. Awal berdiri mereka dihantam pandemi. Panggung musik mati suri buat mereka kesulitan bahkan hanya untuk mendapatkan makanan.
“Dulu waktu corona band kita sempat mau mati. Mau makan aja susah, makanan gratis di Bali kita ambil. Setiap hari incar makanan gratis,” ucap Josz.
“Dulu kita gak aman di Bali, bilang ke orangtua aman-aman aja. Makanya di saat corona lahir 5 lagu. Kita tinggal dikamar kos 3×4 meter berisi 7 orang. Saat itu gabisa manggung. Kita main live streaming dengan gaya kita sendiri. Jadi bikin di kamar live pake hp, kita pakai drum akustik, biar muat di dalam kamar, kasur dijadikan peredam jadi tetangga gak ada komplain,” sambung Opop.
Di Bali sendiri, band Zealous sudah tidak asing lagi. Di sana mereka sudah cukup dikenal. Menariknya, meski sudah populer di Bali, tetapi seluruh personilnya justru lahir dan besar di Manado.
“Kami lahir di Bali saat-saat awal tahun sebelum adanya pandemi. Meski kami lahir dan besar di Manado tapi kami nekat merintis band di Bali,” kata Opop
Lalu sejauh ini bagaimana respons pendengar musik soal kiprah mereka di Tanah Air dan juga mancanegara?
“Tanggapan penonton positif ya sejauh ini terutama dari luar negeri ya. Kita main band di sana, ditonton orang luar, mereka suka. Kami terpacu dengan itu semua,” tutup Opop. (*)